Resistor atau disebut juga tahanan merupakan salah satu komponen elektronika yang banyak digunakan dalam berbagai macam rangkaian elektronika, dikarnakan fungsinya yang sangat penting yakni sebagai pembagi tegangan dan arus listrik.
Dalam dunia elektronika baik dalam kelistrikan maupun arus-arus lemah, keberadan resistor menjadi begitu sangat penting dan tidak bisa terpisahkan, karna dengan resistor listrik bisa didistribusikan sesuai dengan kebutuhan.
Bicara mengenai fungsi resistor yang sebagai pembagi arus dan tegangan, sobat blogger mungkin bertanya-tanya sebenarnya seperti apa sih perinsip kerja dari resistor tersebut…??
Ok, berikut penjelasannya….
Sederhananya sebuah resistor bisa kita analogikan sebagai sebuah bendungan dan arus air yang mengalir kira anggap sebagai arus listrik, umpamanya ada sebuah kali dimana terdapat dua bendungan yang digunakan untuk membagi air tersebut. Nah analoginya, bendungan yang pertama kita anggap sebagai resistor 1 dan bendungan yang kedua kita anggap sebagai sebagai resistor 2, maka besarnya arus air tergantung dari besar kecilnya bukaan pintu bendungan yang kita buka. Semakin besar kita membuka pintu bendungan tersebut semakin besar juga arus air yang akan melewati pintu bendungan tersebut, dan jika bukaan di tiap-tiap pintu bendungan tersebut sama besarnya maka arus air yang mengalir akan terbagi rata di kedua pintu bendungan tersebut. Nah seperti itulah kira-kira cara kerja Resistor dalam sebuah rangkaian elektronika. Saya rasa sampai disini sobat blogger sudah cukup mengerti bagaimana cara kerja dari resistor.
Didalam dunia elektronika resistor biasanya disimbolkan dengan hurup “R”. Secara teori resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Sementara satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).
Jenis dan Tipe Resistor
Dipasaran terdapat berbagai jenis dan tipe resistor di antaranya : Resistor Karbon, Wirewound, dan Metal Film. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer dan Trimpot. Selain itu ada juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR ( Light Dependent Resistor ) dan Resistor yang yang nilai resistansinya berubah tergantung dari suhu disekitarnya namanya NTC ( Negative Thermal Resistance ).
Biar lebih jelas berikut saya jelaskan beberapa jenis dan tipenya :
Resistor Tetap yaitu : Resistor yang besaran tahanannya tidak dapat diatur atau tetap, diantaranya :
Dalam dunia elektronika baik dalam kelistrikan maupun arus-arus lemah, keberadan resistor menjadi begitu sangat penting dan tidak bisa terpisahkan, karna dengan resistor listrik bisa didistribusikan sesuai dengan kebutuhan.
Bicara mengenai fungsi resistor yang sebagai pembagi arus dan tegangan, sobat blogger mungkin bertanya-tanya sebenarnya seperti apa sih perinsip kerja dari resistor tersebut…??
Ok, berikut penjelasannya….
Sederhananya sebuah resistor bisa kita analogikan sebagai sebuah bendungan dan arus air yang mengalir kira anggap sebagai arus listrik, umpamanya ada sebuah kali dimana terdapat dua bendungan yang digunakan untuk membagi air tersebut. Nah analoginya, bendungan yang pertama kita anggap sebagai resistor 1 dan bendungan yang kedua kita anggap sebagai sebagai resistor 2, maka besarnya arus air tergantung dari besar kecilnya bukaan pintu bendungan yang kita buka. Semakin besar kita membuka pintu bendungan tersebut semakin besar juga arus air yang akan melewati pintu bendungan tersebut, dan jika bukaan di tiap-tiap pintu bendungan tersebut sama besarnya maka arus air yang mengalir akan terbagi rata di kedua pintu bendungan tersebut. Nah seperti itulah kira-kira cara kerja Resistor dalam sebuah rangkaian elektronika. Saya rasa sampai disini sobat blogger sudah cukup mengerti bagaimana cara kerja dari resistor.
Didalam dunia elektronika resistor biasanya disimbolkan dengan hurup “R”. Secara teori resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Sementara satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).
Jenis dan Tipe Resistor
Dipasaran terdapat berbagai jenis dan tipe resistor di antaranya : Resistor Karbon, Wirewound, dan Metal Film. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer dan Trimpot. Selain itu ada juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR ( Light Dependent Resistor ) dan Resistor yang yang nilai resistansinya berubah tergantung dari suhu disekitarnya namanya NTC ( Negative Thermal Resistance ).
Biar lebih jelas berikut saya jelaskan beberapa jenis dan tipenya :
Resistor Tetap yaitu : Resistor yang besaran tahanannya tidak dapat diatur atau tetap, diantaranya :
- Resistor kawat logam (Wirewound), yaitu tahanan dari kawat logam yang digulung di permukaan tabung kaca.
- Resistor Karbon (arang), yaitu resistor dari bahan arang karbon terdapat gelang warna dibadannya, yang merupakan nilai besaran tahanannya.
Simbolnya :
Resistor Variable yaitu : Resistor yang besaran tahanannya dapat diatur, diantaranya :
- Potensiometer, adalah resistor variable arang berupa potensio putar atau geser.
Simbolnya :
- Trimpot, adalah resistor variable arang yang dapat diatur tahanannya dengan memutar lubang kecil ada badan trimpot dengan menggunakan obeng kecil.
Simbolnya :
- LDR (Light Dependend Resistor), adalah resistor variabel yang tergantung cahaya, resistansi akan turun/berkurang jika terkena cahaya, sebaliknya tahanan akan naik jika LDR terlindungi dari cahaya.
Simbolnya :
- Thermistor/NTC (Negative Temperature Coefisien), adalah resistor variabel yang tergantung suhu, resistansi akan berubah akibat perubahan temperatur/suhu.
Simbolnya :
Kode Warna Pada Resistor
Umumnya Resistor mengggunakan kode warna untuk menentukan nilai resistansi (tahanan) pada tiap tiap resistor yang digunakan untuk presisi rendah dengan toleransi 5%, 10% dan 20%. Gelang pertama dan kedua mewakili nilai angka pada resistor, gelang ketiga mengindikasi perkalian (multiplier) berapa jumlah angka ‘nol’ yang ditambahkan. Jika multiplier band adalah emas (gold) atau perak (silver) kemudian desimal digeser ke kiri satu atau dua (dibagi dengan 10 or 100). Sedangkan gelang ke empat merupakan penanda nilai toleransi dari nilai sebenarnya yang terdapat pada resistor itu sendiri, dan biasanya terdapat jarak dari gelang warna yang lain.
Ok…sekarang kita coba menghitung nilai resistansi dari resistor disamping, sobat blogger bisa perhatikan kodenya warnanya, warnanya adalah merah, coklat, merah dan emas. Berikut penjelasannya: Warna merah yang pertama mewakili angka 2, warna coklat (kedua) mewakili angka 1, sedangkan warna merah (ketiga) adalah paktor pengali (multiplier) 102 dan warna emas adalah toleransi sebesar 5%. Sedemikian sehingga nilai dari tahanan tersebut adalah 21 x 100 = 2100 ohm dengan toresansi 5%. Atau bisa juga 2,1 Kohm dengan toleransi 5%.
Seandainya jika gelang ke tiga diubah ke warna kuning, maka pengali (multiplier) akan menjadi 104, sehingga nilainya 21 × 104 = 210000 ohms = 210 Kohms.
Jika gelang pengali (multiplier band) adalah emas atau perak, maka factor pengalinya adalah masing - masing 0,1 untuk warna emas dan 0,01 untuk warna perak.
Sebagai contoh, sebuah resistor dengan gelang ungu, biru, perak dan emas mempunyai nilai 76 x 0,01 = 0,76 Ohm, dengan toleransi 5%.
Resitor dengan 5 kode warna gelang
Beberapa resistor menggunakan 5 kode warna untuk menentukan nilai resistansinya. Resistor dengan kode warna gelang seperti ini biasanya digunakan untuk rangkaian-rangkaian elektronika dengan presisi tinggi berkisar 2%, 1% atau bertoleransi lebih rendah. Untuk cara membaca kode warna gelang pada resistor ini sebenarnya hamper mirip dengan sistem sebelumnya (4 kode warna gelang); yang berbeda hannya pada faktor pengalinya saja yakni gelang pertama, kedua dan ketiga mewakili nilai angka, gelang ke empat adalah pengali (multiplier) dan gelang ke lima adalah besarnya nilai toleransi dari resistor itu sendiri.
Contoh :
Biru, Coklat, Putih, Coklat, Merah: 619*10 = 6190 ohms (6.19K ohms), dengan nilai toleransi 2%
Merah, Merah, Coklat, Hitam, Coklat: 221*1 = 221 ohms, dengan nilai toleransi 1%
Coklat, Hitam, Hitam, Merah, Coklat: 100*100 = 10000 ohms (10.0K), dengan nilai toleransi 1%
Untuk mempermudah sobat blogger untuk membaca nilai angka dari setiap kode warna resistor, berikut saya lampirkan standar tabel kode warna dari resistor, sebagai bahan acuan buat sobat blogger :
Biar gampang mengingat kode warna, cukup hafalkan “Hi-Co-Me-Ji-Ku-Hi-Bi-U-A-Pu”
Beberapa resistor mempunyai penambahan gelang – sangat jarang ditemui – indikasi reliabilitas atau koefisien suhu (temperature coefficient). Pada gelang reliability band, spesifikasi failure rate per 1000 jam (dengan asumsi bahwa beban penuh diberikan pada resistor). Maka temperature coefficient dapat juga ditandai pada resistors 1% resistor (contoh +/-100 ppm akan berubah temperatur 50 derajat Celcius yang menyebabkan berubah nilai resistor sebesar 1%).
Pengkodean seperti ini mungkin membingungkan tetapi bagi sobat bloggert yang hobi elektronika atau seorang praktisi akan lebih mudah tanpa harus mengingat kode warna gelang resistor.
Cara yang paling gampang bagi yang awam cukup dengan mengukur resistor dengan multimeter digital berkalibrasi (akurat); biasa dipakai di industri PCBA, maka nilai angka akan muncul di layar monitor.
Sampai disini dulu sobat blogger ………Semoga Bermanfaat.
Untuk mempermudah sobat blogger untuk membaca nilai angka dari setiap kode warna resistor, berikut saya lampirkan standar tabel kode warna dari resistor, sebagai bahan acuan buat sobat blogger :
Kode Warna | Aplet Warna | Gelang ke-1 | Gelang ke-2 | Gelang ke-3 * | Pengali | Toleransi | Koefisien Suhu | Fail Rate |
Hitam | 0 | 0 | 0 | ×100 | ||||
Coklat | 1 | 1 | 1 | ×101 | ±1% (F) | 100 ppm/K | 1% | |
Merah | 2 | 2 | 2 | ×102 | ±2% (G) | 50 ppm/K | 0.1% | |
Jingga | 3 | 3 | 3 | ×103 | 15 ppm/K | 0.01% | ||
Kuning | 4 | 4 | 4 | ×104 | 25 ppm/K | 0.001% | ||
Hijau | 5 | 5 | 5 | ×105 | ±0.5% (D) | |||
Biru | 6 | 6 | 6 | ×106 | ±0.25%(C) | |||
Ungu | 7 | 7 | 7 | ×107 | ±0.1% (B) | |||
Abu-abu | 8 | 8 | 8 | ×108 | ±0.05% (A) | |||
Putih | 9 | 9 | 9 | ×109 | ||||
Emas | ×0.1 | ±5% (J) | ||||||
Perak | ×0.01 | ±10% (K) | ||||||
Tanpa Warna | ±20% (M) |
* Gelang ke-3 hanya untuk 5-band resistors
Biar gampang mengingat kode warna, cukup hafalkan “Hi-Co-Me-Ji-Ku-Hi-Bi-U-A-Pu”
Beberapa resistor mempunyai penambahan gelang – sangat jarang ditemui – indikasi reliabilitas atau koefisien suhu (temperature coefficient). Pada gelang reliability band, spesifikasi failure rate per 1000 jam (dengan asumsi bahwa beban penuh diberikan pada resistor). Maka temperature coefficient dapat juga ditandai pada resistors 1% resistor (contoh +/-100 ppm akan berubah temperatur 50 derajat Celcius yang menyebabkan berubah nilai resistor sebesar 1%).
Pengkodean seperti ini mungkin membingungkan tetapi bagi sobat bloggert yang hobi elektronika atau seorang praktisi akan lebih mudah tanpa harus mengingat kode warna gelang resistor.
Cara yang paling gampang bagi yang awam cukup dengan mengukur resistor dengan multimeter digital berkalibrasi (akurat); biasa dipakai di industri PCBA, maka nilai angka akan muncul di layar monitor.
Sampai disini dulu sobat blogger ………Semoga Bermanfaat.
Wednesday, 21 September 2011
0 comments